Sejarah Desa CANGKUANG Kec.Babakan Kab.Cirebon

Jika kita ingin membahas masalah asal usul desa CANGKUANG tentu kita juga tak lepas dari asal usul desa Gembongan dan Desa Serang, karena kisah ketiga desa tersebut saling berhubungan.
Disini Wiko Nurdian akan menjelaskan asal usul ketiga desa tersebut. selamat membaca :)




Pendahuluan
Waktu itu Sunan Gunung Jati menyerang kerajaan Pajajaran tujuannya agar kakeknya (Sri Baginda Prabu Siliwangi) masuk Islam kembali, maka dari penyerangan tersebut kemenangan ada di pihak Sunan Gunung Jati dan kekalahan di pihak Prabu Siliwangi. Maka dari pada malu Prabu Siliwangi menebarkan lidi (sada lanang) hilang sirnalah kerajaan Pajajaran dan berubah menjadi hutan belantara, wadiya balaya lenyap, (Prabu Siliwangi ngahiyang).

Desa Serang                                                   
Sambil melepas lelah Pangeran Sutajaya Upas bersama istrinya yang dikawal oleh prajurit pilihannya di antaranya :
1.      Wira Permana
2.      Wira Sonjaya
3.      Wira Bama
4.      Wira Sakti
Berteduhlah (Pangeran Sutajaya Upas) di bawah pohon asem dan para pengawalnya diperintahkan mencari air minum. Kelihatan dari arah selatan yaitu hutan Cikoneng, dua sosok macan (harimau) yang satu berbulu loreng yang satu berbulu kelabu. Setelah dekat Pangeran Sutajaya Upas mengheningkan cipta mohon petunjuk kepada  Allah SWT sebetulnya siapakah kedua macan tersebut? Setelah ada wangsit bahwa yang datang itu bukan sembarang harimau maka setelah harimau berhenti dan duduk di depan Pangeran Sutajaya Upas dan istrinya, menyapalah Pangeran Sutajaya Upas pada kedua harimau tersebut, “kisanak saya tahu kisanak bukanlah harimau biasa tapi perwujudan dari manusia”. Secara tiba-tiba kedua macan tersebut menyapa “benar”, jawab  harimau. Kemudian berubahlah wujud harimau tersebut menjadi 2 (dua) punggawa, lalu menjawab “Kami adalah kakak beradik bernama Ki Raksagati dan Ki Wanagati”. Kami sudah jauh berjalan menuruti kaki saya melangkah, kami mencari tempat yang tenang setelah kami lari dari Pajajaran setelah Pajajaran (Prabu Siliwangi) diserang oleh cucunya Sunan Gunung Jati supaya masuk Islam kembali. Kami berdua lari ke arah timur melintasi gunung, jurang mencari perlindungan dan ingin menetap di kawasan Cirebon, Prabu Siliwangi telah ngahiyang beserta kerajaannya (hilang sirna). Kami ingin menetap di Cirebon dan ingin mengabdi walau tidak langsung pada sunan Gunung Jati. Kami berdua mengelana ke arah timur melewati gunung-gunung dan tibalah kami di daerah ini, daerah apa ini namanya Pangeran?. Maka Pangeran Sutajaya Upas berkata sehubungan dengan daerah ini kering dan susah air untuk minum inilah cisaat dan saya berteduh di sini yaitu di bawah pohon asem maka dinamakan asem paying.
Kedua bersaudara bercerita pula panjang lebar tentang Pangeran Karang Kendal yang telah merampas seluruh kerajaan Raja Galuh, setelah itu kedua kakak beradik ini mohon pandangan petunjuk dari Pangeran Sutajaya Upas. Pangeran Sutajaya Upas menunjukan arah untuk berjalan ke arah utara timur, kemudian Kisanak sebaiknya menetaplah di daerah itu, tanahnya luas hamparannya landai dan kapan-kapan tanah tersebut akan subur makmur bisa ditanami padi. Mendengar perkataan dari Pangeran Sutajaya Upas tersebut kedua bersaudara itu merasa gembira dan segera pamit pergi. Kemudian Pangeran Sutajaya Upas berujar Kalau tanah ada airnya dan bisa ditanami padi itu “serang-serang” yang berarti sawah. Sampailah di mana tempat yang ditunjukkan Pangeran Sutajaya Upas.
Kedua bersaudara bermukim dan bercocok tanam dan tempat itu karena beliau berasal dari sunda maka “serang” yang berarti sawahsaking rajinnya Ki Raksagati dan Ki Wanagati memperluas tanah garapanya yaitu kata orang sunda Babak-Babak maka tempat itu disebut Babakan. Dikarenakan beliau bercocok tanamnya luas untuk menjaga dari gangguan-gangguan, konon kabarnya beliau punya ilmu dari Pajajaran yang sewaktu-waktu kelihatan ada wujud harimau yang sampai sekarang disebut macan serang.
Diceritakan, konon Ki Raksagati dan ki Wanagati setiap muludan hadir di Kesultanan Cirebon ikut tuguran (tugas jaga) dan berupa macan (harimau).
Alkisah, Ki Raksagati dan Ki Wanagati di antara keturunannya ada keturunannya yang bernama Ranggagati. Konon Ranggagati itu cukup kaya dan diangkat menjadi sesepuh dusun Serang (kalau sekarang kuwu) karena kekayaannya maka lantai rumahnya digelar uang ringgit (uang zaman dahulu dari perunggu). Karena kekayaanya, maka hal ini menjadi incaran para jawara (garong), karena ki Ranggagati terkenal sakti (memiliki ilmu rawa rontek) maka membuat miris para jawara (garong) yang akan berbuat jahat kepadanya sehingga sangat berhati-hati mereka mempelajari dulu kelemahannya karena Ki Ranggagati yang nantinya terkenal dengan nama Ki Kuwu Ringgit.


Desa Cangkuang

Tibalah waktunya naas bagi Ki Ranggagati (ki kuwu ringgit), rumahnya dirampok oleh para garong karena sudah mengetahui kelemahannya. Maka ketika ki kuwu Ringgit dibunuh dan dipotong-potong jadi tiga bagian sehingga agar badannya tidak menyentuh tanah diikat (bahasa Cirebon Serang,cangcang) yang kemudian hari dinamakan desa Cangkuang. Setelah dipenggal kepalanya diikat yaitu dekat kemplang perbatasan dengan Jati Renggang.
Sebelum meninggal Ki Kuwu Ranggagati yang dikenal dengan nama kuwu Ringgit karena merasa begitu sakit badannya dipotong-potong maka beliau mengeluarkan sumpah serapah (bahasa Cirebon Serang, sepata), “Engko anak putu inyong belih usah sugih-sugih selalu diincar maling uripe lan pan matine disikasa kaya nasibe aku dewek”. Artinya "nanti anak cucu ku tidak usah menjadi orang kaya yang selalu diincar maling dan saat menjelang ajal disiksa seperti nasibku" Demikian sumpah/sepata Ki Kuwu Ranggagati (Kuwu ringgit) sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir.

suasana desa CANGKUANG sore hari di dekat rumah Wiko Nurdian :D




orang-orang CANGKUANG



Desa Gembongan

ki kuwu ringgit yg badannya dipotong-potong, kemudian dipisahkan di tempat-tempat yang berbeda. kepalanya di cangcang di tempat yang nantinya menjadi desa cangkuang, sedangkan badan sampai kakinya dikuburkan (kata bahasa Cirebon Serang, badan atau perut disebut gembung) yang konon tempat ini nantinya disebut desaGembongan.

Bendungan Kemplang


Kemajuan zaman terus pesat maka pada tahun 1928 oleh Pemerintah Kolonial Belanda setelah penjajahan Belanda mendirikan pabrik gula, maka dibuatkan bendungan untuk pengairan tanaman tebu. Pada waktu mengerjakan bendungan ada orang yang dipukul oleh balok pintu bendungan sampai meninggal maka bendungan tersebut dinamakan KEMPLANG (terletak di desa Cangkuang).





bendungan kemplang


 Masih di desa CANGKUANG, ada sungai besar yang konon ceritanya apabila huru hara dari arah mana saja asal bisa melewati sungai itu pasti beres tidak ada apa-apa maka sungai itu dinamakan Kali Ciberes.

sungai ciberes saat musim kemarau

No comments:

Post a Comment

Bantuan

Assalamualaikum...

Selamat datang di blog Kreasi Tanpa Batas. Berikut adalah biodata saya :) nama: Wiko Nurdian ttl: Cirebon, 11 Nopember 1995 oke cukup s...